Tidak banyak yang mengetahui bahwa sebelum menjelma menjadi montir kharismatik Dominic Toretto di enam seri franchise action Fast & Furious dan membawa namanya melejit ke jajaran aktor papan atas Hollywood, Vin Diesel pernah terlebih dahulu menjadi Riddick. Ya, tiga belas tahun lalu Pitch Black yang kini menjadi cult sci-fi thriller itu adalah debut kemunculan salah satu karakater anti hero paling keren yang pernah ada, nama lengkapnya Richard B. Riddick, kriminal berbahaya, buronan kelas kakap, escape artist, petarung dan survivor tangguh dengan kemampuan melihat dalam gelap yang kepalanya menjadi incaran para pemburu hadiah. Pitch Black sendiri adalah sleeper hit di tahun 2000 lalu, selain sukses menjadi sebuah thriller luar angkasa yang menegangkan, ia membawa pulang 50 juta Dollar lebih dari budget 23 juta-nya, ia juga menghasilkan fan base baru buat karakter Riddick sendiri, sebuah sekuel, The Chronicles of Riddick empat tahun kemudian dengan budget lebih besar yang sayang, mengecewakan serta beberapa adaptasi video game yang bagus.
Dan setelah hampir sedekade tertidur, Riddick kini kembali lagi dalam seri ketiganya yang diberi tajuk singkat: Riddick. Ini jelas adalah sebuah comeback yang tepat mengingat faktor semakin ngetopnya Vin Diesel paska kembali ke seri Fast & Furious yang menciptakan banyak pengikut Diesel. Masih dengan sutradara yang sama dari dua seri pendahulunya, David Twohy dan tentu saja Vin Diesel yang kali ini juga bertindak sebagai produser Riddick kembali dengan kekuatan penuh. Dan kalau ada hal yang paling menggembirakan adalah Twohny yang mengembalikan Riddick ke akarnya, sebuah space thriller murni ketimbang lancang mengubahnya ke action oriented dengan banyak CGI membosankan seperti The Chronicles of Riddick.
Dibuka dengan dengan opening act yang solid. 25 menit pertamanya yang miskin dialog diisi dengan sekuen-sekuen mendebarkan yang melibatkan, planet asing, proses survival luar biasa, kharisma besar Vin Diesel sebagai Riddick yang tangguh (dan sangat beruntung), mahkluk-mahkluk aneh nan ganas yang meyerupai kaljengking rakasa dan anjing dubuk aneh. Narasinya sendiri mengambil setting setelah The Chronicles of Riddick dan 10 tahun paska insiden di Pitch Black. Riddick yang dibuang oleh anak buahnya sendiri harus bertahan hidup di planet antah berantah. Dan kita akan salah jika mengira di sisa 110 menit ke depannya akan diisi oleh banyak aksi solo Riddick dalam menaklukan alam ganas, karena lagi-lagi ada para bounty hunter yang mengejarnya, hidup atau mati (mati lebih baik karena harganya dinaikan dua kali lipat). dan tidak hanya satu, namun dua kelompok sekaligus pemburu hadiah dengan tujuan berbeda yang datang untuk menjemput Riddick. Masalahnya seperti kata Riddick, “Bukan aku yang harus kamu takuti”, Ada sesuatu yang lain yang jauh lebih mematikan dan berbahaya di planet itu ketimbang buronan botak yang ingin pulang.
Dengan mengembalikan franchise Riddick ke habitat asalnya mungkin Twohny terlihat bermain aman. Ini seperti versi 1.2 Pitch Black dengan planet yang mirip tanpa Radha Mitchell dengan elemen the hunter becomes the haunted ala Rambo: First Blood. Tetapi kembali ke akar itu terkadang lebih baik ketimbang melakukan terobosan baru nan ambisius tanpa tahu apa yang dilakukan macam space opera bernama The Chronicles of Riddick. Jadi jika kamu sudah pernah menonton Pitch Black maka Riddick akan terasa familiar dengan segala unsur thrillernya tanpa kejutan berarti, bahkan ada karakter Johns (Matt Nable), salah satu pimpinan bounty hunter sebagai benang merah yang menghubungkan antara Pitch Black dan Riddick.
Kualitas narasinya mungkin bukan yang terbaik, namun sudah cukup untuk menegaskan kembali franchise ini masih punya daya tarik, dan ia tidak sebodoh seri keduanya. Riddick juga banyak dihiasi dengan dialog-dialog canggung, tetapi kamu pastinya tidak menonton Riddick untuk mencari dialog pintar bukan? Terlalu banyak karkater tanpa ada waktu memberikan mereka kedalaman, tidak seperti Pitch Black yang membanginya sama rata, di sini hanya Riddick yang berkuasa penuh. Elemen action-nya digarap cukup baik bersama CGI dan unsur gore-nya. Bagian survival-nya mungkin yang terbaik selain pesona Vin Diesel yang dingin ketimbang aksi bunuh-bunuhannya. Klimaksnya sudah pernah kita lihat sebelumnya dan bagaimana ia berakhir pun kita juga bisa menciumnya dari berpuluh-puluh kilometer jauhnya.
Trailer Riddick 3 (2013)
Summary: Riddick adalah hiburan yang menyenangkan baik buat kamu para fans maupun penonton stand alone-nya. David Twohy mengembalikan sang antihero ke genre aslinya dengan segala elemen-elemen pendukungnya yang familiar. Pesonanya tentu saja masih ada pada Vin Diesel yang keren, dan Twohy harus banyak-banyak berterima kasih pada wara laba Fast & Furious yang sudah mengembalikan kejayaan Diesel dan meenjadkan alasan banyak orang menonton Riddick
Judul : Review Film – Riddick 3 (2013)
Deskripsi : Tidak banyak yang mengetahui bahwa sebelum menjelma menjadi montir kharismatik Dominic Toretto di enam seri franchise action Fast &...